Sebuah pemandangan senja yang jarang terjadi di Bojong Gede belum lama ini aku abadikan lewat kamera.
Tanpa berpikir panjang aku masuk ke dalam rumah lagi untuk mengambil kamera, dan dari beranda aku mencoba mengabadikan momen itu meski harus pakai acara manjat-manjat pagar segala mencoba angle yang bagus. Ada beberapa jepretan sih...tapi kayaknya yang layak ditampilkan cuma yang satu ini, sayang ya.
Senja dengan langit berwarna jingga yang khas dengan bias sinar matahari yang hampir tenggelam membuat bermacam siluet. Ada siluet rumah, pohon, kabel listrik yang semrawut (sayangnya udah aku hapus).
Biasanya suasana seperti ini terjadi setelah hujan reda dimana langit mulai bersih dari awan dan udara masih lembab oleh jutaan partikel air.
Walah, suasanya amat puitis sekali dan terasa begitu mistis. Orang tua jaman dulu menyebutnya sebagai wayah candikala atau sandhyakala dimana biasanya anak-anak selalu disuruh masuk rumah setiap kali saat ini tiba, konon biar gak dimakan Betara Kala. Ada-ada saja.
Suasana senja pun telah mengilhami seniman menciptakan maha karyanya. Pernah mendengar tari Bedaya Ketawang yang sakral itu, dimana tak setiap saat bisa dipentaskan...dan tak setiap perempuan boleh menarikannya? Konon tarian ini melukiskan suasana senjakala yang tintrim, hening sekaligus mistis itu. Boleh percaya, boleh tidak.
No comments:
Post a Comment