Monday, September 26, 2011

Setelah 17 Tahun

Ini tahun ke-17 aku bersama keluargaku tinggal di sini, suatu permukiman yang menempati areal bekas hutan karet milik Perum Perhutani. Sebuah tempat di mana desau angin dan suara alam begitu akrab di telinga pada awalnya. Namun lambat laun berganti dengan keriuhan suara anak-anak bermain yang terasa semakin banyak saja. Bahkan bising kendaraan bermotor seperti tak pernah berhenti sepanjang hari.

Inilah sebuah permukiman yang dulu pernah masuk wilayah Kecamatan Bojong Gede dan sejak 2006 masuk wilayah Tajur Halang bersamaan dg pemekaran wilayah Kecamatan Bojong Gede saat itu. Meski begitu tak serta merta melepaskan embel-embel Bojong Gede di belakang nama komplek permukiman ini.

Begitulah lingkunganku ini, meskipun mulai padat namun masih menyisakan kehijauan di sana-sini sehingga semilir udara sejuk masih terasa pada saat-saat tertentu. Namun entah sampai kapan semua itu bertahan di tengah pertambahan manusia yg seakan tak terkontrol lagi, dimana mau tak mau harus membutuhkan ruang untuk hunian. Apakah di waktu yang akan datang masih bisa kita temukan kehijauan seperti ini lagi? Entahlah. Foto-foto ini akan menjadi saksi pada perubahan yang tengah berlangsung.









































































Monday, July 25, 2011

Situ Tonjong, riwayatmu kini

Aku "menemukan" danau ini pada pertengahan tahun 1994 ketika memutuskan pindah ke komplek perumahan baru bernama Pura Bojong Gede. Sebuah danau alam asri yang cukup luas (14,44 hektar), dan di kemudian hari baru aku tahu danau ini bernama Situ Tonjong. Situ berarti danau menurut bahasa penduduk setempat yang didominasi warga Sunda, Betawi ditambah etnis-etnis lainnya yang umumnya warga pendatang. Tonjong kemungkinan besar diambil dari nama sebuah kampung tak jauh dari tempat di mana danau ini berada.

Tak sulit menemukan Situ Tonjong, karena ia terletak persis di sisi jalan raya penghubung antara jalan raya Parung dengan kawasan Bojong Gede. Jika Anda berkendara dari arah Parung hendak menuju Bojong Gede baik melewati komplek perumahan Inkopad atau lewat jalan baru Kemang, posisi danau ini terletak di sebelah kanan kira-kira 300 meter sebelum Polsek Bojong Gede. Di antara rerimbunan pepohonan, Anda akan langsung disambut birunya air danau yang gemerlap memantulkan sinar matahari. Indah, begitu kesan pertama memandangnya. Persis seperti kesan pertamaku saat kali pertama melewati tempat ini. Inilah salah satu alasan yang membuatku betah tinggal di sini bahkan semakin membuatku jatuh cinta pada kawasan ini.

Pelan tapi pasti wajah danau ini pun berubah seiring pesatnya pertumbuhan penduduk sekitarnya. Kalau sekitar 15 tahun lalu aku masih bisa merasakan suatu aura mistis setiap melintas jalan ini—terutama saat malam hari—dan juga perasaan romantis ketika melihat pantulan wajah bulan di permukaan danau beriak di balik siluet tanaman perdu pinggir danau, kini aura itu nyaris hilang. Sekarang jalanan di sini hampir sepanjang waktu penuh dengan hiruk pikuk kendaraan yang lalu-lalang. Kios-kios penjual aneka barang dagangan pun bermunculan bagai cendawan di musim hujan. Suasana sepi alami yang dulu lekat kini semakin menghilang.

Parahnya lagi kini mulai ada pengembang yang memanfaatkan areal Situ Tonjong untuk perumahan. Padahal nyata-nyata kalau areal situ Tonjong ini diperuntukkan bagi upaya konservasi alam. Kabarnya pengembang ini disinyalir telah melanggar Perda Provinsi Jawa Barat No. 8/2005 tentang Garis Sempadan Situ dan Danau di mana di dalam Perda tersebut dinyatakan bahwa garis sempadan antara situ dengan bangunan minimal 50 meter, sementara pengembang telah melakukan aktivitasnya jauh hingga mendekati tepi danau. Upaya protes telah dilakukan warga, demikian pula sejumlah anggauta DPRD Kabupaten Bogor telah berkenan meninjau lokasi, namun tampaknya pihak pengembang tetap bergeming. Ketika catatan tentang danau ini aku susun, memang tak tampak lagi aktivitas dari pengembang. Tidak tahu apakah ini hanya bersifat sementara atau permanen. Namun seandainya pengembang tetap bersikeras meneruskan aktivitasnya, menurutku ini merupakan sinyal sebuah bencana bagi ekosistem sekitar danau.

Saat ini telah dibangun suatu tanggul memanjang di tepi danau, meskipun dibuat dengan finishing agak asal-asalan namun tanggul ini memiliki arti yang sangat penting. Bisa berfungsi sebagai tanggul pengaman bila volume air tiba-tiba melonjak saat musim hujan tiba. Apalagi belum lama ini tersiar kabar kalau peristiwa Situ Gintung nyaris terulang gara-gara pintu air macet dibuka saat volume air Situ Tonjong melonjak tajam. Untung saja semuanya bisa diatasi dengan baik. Bisa juga buat tempat duduk bagi warga yang memanfatkan tepian danau untuk sarana wisata sambil menikmati jajanan di warung-warung yang banyak bertebaran di sekitarnya. Kalau Anda ingin menikmati sensasi mengayuh sepeda air di atas danau saat ini pun tersedia sarana sepeda air yang bisa disewa hanya dengan beberapa lembar uang ribuan. Buat Anda pehobi mancing, silakan salurkan hobi Anda sepuasnya karena Situ Tonjong merupakan habitat berbagai jenis ikan air tawar. Kalau Anda beruntung, ikan-ikan ini akan mampir di mata kail Anda.

Sungguh begitu banyak manfaat yang bisa kita ambil dari keberadaan danau ini. Sayang sekali jika ada pihak-pihak yang secara tak bertanggung jawab hendak memanfatkannya bukan dalam konteks konservasi tetapi demi tujuan bisnis semata tanpa memperhitungkan dampak yang ditimbulkan. Padahal alam telah memberikan kebaikan buat manusia, sehingga sudah selayaknya manusia berterima kasih dengan tetap menjaga dan melestarikannya. Karena kerusakan alam akan berdampak langsung terhadap kehidupan manusia itu sendiri. Semoga Situ Tonjong akan tetap lestari eksistensinya dan tak akan pudar keindahannya.