Sunday, August 8, 2010

Jalan ke arah rumahmu















Kamar kosong tanpa sudut, di mana segala musim beringsut

di sini. Ketika panas atau hujan tak lagi mendengki
apalagi memaki. Bahkan pekat tak pernah iri pada rembulan
yang merayap di dinding malam. Sepotong jendela mengambang,
menunggu datang seseorang melongok di ketiaknya

Aku lupa mengakrabi waktu setelah sekian lama sibuk mencari wajahku
yang kau sembunyikan entah di mana. Mungkin di langit-langit rumahmu
Pada sebuah dinding dapat kubaca jelas, serupa jejak yang kau tinggalkan
untukku atau siapa saja yang sibuk mencarimu meski tahu kau
tak pernah pergi ke mana-mana

Saat menyesapi sepi dalam lindap kabut pagi ketika kaki terasa ringan
menapaki dinginnya jalan.
Atau di sepenggal malam ketika semua suara terdiam
Kecuali hembusan nafas yang menguar wangi kasturi
Kutemukan titik terang jalan ke arah rumahmu

Bojonggede, dini hari 8 Agustus 2010

2 comments:

  1. semakin kita berangsur tua, semakin kita ingin menggapai-Nya....

    ReplyDelete
  2. ha..ha...ternyata kang Eko bisa membaca puisi ini...bener kang, mu di sini memang Tuhan yg aku maksudkan, sengaja tak kutulis dg huruf besar karena aku tak ingin mendikte yg membacanya...terima kasih sudah mampir.

    ReplyDelete